PENDAHULUAN
Dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab, keteladanan serta dapat pula dilaksanakan dengan berbagai media, seperti: seni ketoprak, seni ludruk, seni wayang, seni teater dan lain-lain. Dengan demikian bagi juru dakwah untuk mempermudah menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah, maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan menggunakan media yang sudah ada, hal ini untuk menyesuaikan keadaan masyarakat tidak sama satu sisi sudah maju dan di sisi lain masih ketinggalan. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun menggunakan media modern namun sudah menghilangkan media tradisional yang masih dapat digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan media tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat
setempat.
Demikian juga dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masayarakat karena para Walisongo sebagai da’i menggunakan bentuk-bentuk seni dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah pada waktu itu, yaitu media wayang dan gamelan. Adapun pendekatan dan pengembangan dakwah yang digunakan oleh Walisongo sesuai dengan media dakwah setempat yang sedang digandrungi oleh masyarakat, yaitu wayang. Para Wali melihat kesenian wayang sebagai media komunikasi dan interaksi yang sangat mampu terhadap pola pikir masyarakat. Kesenian wayang orang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks dakwah (di Islamkan).
Sehingga dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masyarakat karena Walisongo menggunakan bentuk-bentuk kesenian dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah yaitu media wayang dan gamelan. Dengan media itu mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit dan realistis, dan menyatu dengan kehidupan masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Media Dakwah
Media (wasilah) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyanpaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat , dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah , hamzah ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak .
b. Wayang
Dr T Piqued mengatakan bahwa Wayang adalah Boneka yang dipertunjukkan , pertunjukkannya dihidangkan dalam berbagai bentuk dan diiringi gamelan slendro Dilihat dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai asal kata wayang . Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.. Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi.
Jadi media dakwah melalui wayang adalah sebuah alat atau media yang di gunakan untuk memberikan sebuah ide, materi, atau gagasan melalui kesenian yang berupa wayang.
2. Sejarah Perkembangan Wayang
Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak 1500 th. sebelum Masehi, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik dan ada yang jahat.
Agar tidak diganggu oleh roh jahat, maka roh-roh tersebut dilukis dalam bentuk gambaran (gambar ilusi) atau bayangan (wewayangan/wayang ), disembah dan diberi sesajen yang kemudian dikenal kemudian dengan kepercayaan Animisme.
Kepercayaan nenek moyang kita demikian berlangsung lama, tetapi dengan kedatangan A-gama Hindu kepercayaan baru yang datang dari India termasuk juga adat dan budayanya, maka gambaran ( gambar ilusi ) Roh, berubah fungsinya. Dahulunya untuk disembah kemudian berubah menjadi alat peraga untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama. Hal demikian kelak ditiru oleh Sunan Kalijaga ( R.M. Said ) salah satu Wali Songo untuk menyebarkan dan mengembang kan ajaran Islam di Indonesia, meskipun disana-sini disisipkan ajaran-ajaran filsafat dan agama Islam, seperti “Jimat Kalimusodo” yang dimaksud adalah dua kalimat syahadat. Demikian pula variasi-variasi ceritanya selain cerita Mahabarata dan Ramayana, Perkembangan bentuk wayang juga mengalami perkembangan ragamnya, yakni mulai dari rumput, kulit kayu, kulit binatang ( wayang kulit ), wayang lukisan kain ( wayang beber ) dsb.
Wayang bukan hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat dalam tingkat kesempurnaan abadi, sehingga tokoh-tokoh di pewayangan di identikkan dengan sifat-sifat manusia dan alam didalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam cerita pewayangan banyak ditemukan falsafah-falsafah hidup dan sering dijadikan kajian ilmiah oleh peneliti-peneliti dan Mahasiswa-mahasiswi .
Pada akhir cerita wayang adalah suatu kebudayaan yang terus berkembang dan setia pada misinya dan fungsi yang diemban, yaitu sebagai sarana hiburan sekaligus menyampaikan pesan-pesan. Wayang berfungsi sebagai sarana penerangan, pendidikan dan komunikasi massa yang sangat akrab dengan masyarakat pendukungnya dengan tujuan akhirnya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Salah satu karya beliau adalah tentang konsep Panakawan yang selalu ditampilkan dalam setiap pementasan wayang yang beliau dalangi. Para tokoh Panakawan ini selalu beliau tampilkan dalam setiap pementasan wayang kulit. Tokoh-tokoh Panakawan tersebut adalah :
1. Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Mismar. Mismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran dalam ajaran Islam Semar merupakan simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.
2. Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa, kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.
3. Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk. Kata ini merupakan kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf yang berbunyi: Fat-ruk kulla maa siwalLaahi, yang artinya: tinggalkan semua apapun yang selain Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para aulia dan mubaligh pada waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong yang berlubang. Maknanya bahwa, setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang.
4. Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yaitu berontak terhadap kebathilan dan keangkaramurkaan. Si “Bayangan Semar†ini karakternya lancang dan suka berlagak bodoh
JENIS WAYANG
• Wayang Purwa
Wayang purwa disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Penyaduran sumber cerita dari Ramayana dan Maha barta kedalam bahasa jawa kuna dilakukan pada masa pemerintahan raja Jayabaya .pujangga yang terkenal pada masa itu ialah empuSedah ,empu panuluh empu Kanwa. Sunan Kalijaga salah seorang walisanga (demak,abad XV)adalah orang yang pertama kali menciptakan wayang dari kulit lembu . selain kulit lembu ada juga yang menggunakan kulit kerbau bahkan disuatu daerah ada yang menggunakan dengan kulit manusia.Dalang yang terkenal ialah Ki Narto Sabdo,Ki haji Anom Suroto,kitimbul Hadi Prayitno,Mas bayu aji dll.
• Wayang Golek
Banyak orang yang menyebut wayang tengul. Wayang ini terbuat dari kayu dan diberi baju seperti layaknya manusia. Sumbernya diambil dari sejarah ,misalnya cerita Untung surapati ,Batavia Sultan Agung,Trunajaya dll. Wayang golek tidak menggunakan kelir\layar seperti wayang kulit.
• Wayang Krucil
Banyak orang menamakanya wayang klithik.Wayang ini terbuat dari kayu,bentuknya mirip wayang kulit. Biasanya meceritakan DamarWulan dan Majapahit. Untuk menancapkan Wayang klithik tidak ditancapkan di pelepah pisang seperti wayang kulit tetapi menggunakan kayu yang telah diberi lubang lubang.
• Wayang Beber
Wayang Beber terbuat dari kain atau kulit lembu yang berupa beberan atau lembaran.tiap beberan merupakan satu adegan cerita.bbila sudah tak dimainkan maka bisa digulung .Wayang ini dibuat pada zaman kerajaan majapahit.
• Wayang Gedok
Bentuknya hamper mirip wayang kulit.sumber ceritanya berasal dari jawa seperti:Banten,Singasari,Mataram,Kediri dll.wayang gedog hapir punah kita hanya dapat menjumpai tahun 1400
• Wayang Suluh
Pementasan wayang suluh ini biasanya untuk penerangan masyarakat. Wayang ini tergolong wayang modern.terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap lazimya manusia gambarnya pun mirip manusia .ceritanya diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.
• Wayang Titi
Wayang titi adalah wayang china. Sumbernya berasal dari cerita china. Wayang ini bisa kita jumpai di perkampungan china atau klenteng.
• Wayang Madya
Wayang ini di ciptaakan oleh K.G Mangkungara IV pada awal abad XVIII. Sumber ceritranya diambil dari cerita Pandawa setelah perang Baratayuda,misalnya prabu Parikesit
• Wayang Wahyu
Wayang yang satu ini juga sering disebut wayang Bibel. Cerita wayang ini berasal dari kitab injil. Diciptakan oleh Bruder Themotheos untu menyiarkan agama Kristen.
• Wayang Orang
Cerita wayng purwa yang dipentaskan oleh orang dengan busana seperti wayang sumbernya pun sama dengan wayan purwa.Perkumpulan yang terkenal seperti M Ngesti Pandawa dari Semarang, Sriwerdari dari Surakarta.
• Wayang Pancasila
Adalah cerita wayang mirp wayang purwa bedanya tokoh-tokohnya adalah pejuang-pejuag bangsa Indonesia ceritanya pun tentang perjuangan Bangsa Indonesia
WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Wayang sudah beratus tahun dipentaskan dalam masyarakat kita. Wayang juga sudah ditulis dalam bentuk buku, baik oleh orang kita maupun orang luar. Wayang masih juga ditulis dalam majalah, koran dan dikonversi dalam bentuk buku komik. Bahkan wayang telah beredar dalam bentuk rekaman, diradiokan, disiarkan lewat layar kaca televisi dan sebagainya. Tetapi tampaknya zaman keemasan wayang telah berlalu. Masa jaya wayang sudah lewat. Kini wayang sedang memasuki masa senja. Penyebabnya amat banyak, bahkan semakin banyak. Kian kekinian, generasi kita semakin tidak menguasai bahasa daerah yang menjadi tulang punggung kehidupan wayang
Pada zaman penyebaran Islam di Jawa, juga telah digunakan sebagai alat perjuangan penyebaran agama dan budaya Islam. Walisanga, terutama Sunan Kalijaga dipercaya menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah dengan melakukan gubahan cerita pakem wayang kulit. Cerita wayang yang mulanya mereferensi pada keyakinan Hindu dan berasal dari daratan India lalu disesuaikan dengan ajaran Islam di Jawa. Sebut saja lakon Jimat Kalimasada yang dinilai terbukti efektif sebagai media siar Islam pada zaman kerajaan Demak
Wayang kulit merupakan paling populer di kalangan masyarakat local hingga kini. Dalang wayang kulit biasanya biasanya di tanggap oleh keluarga – keluarga yang mengadakan pesta hajatan perkawinan dan khitanan. Dalam prosesi pesta hajatan tersebut, seorang dalang biasanya tidak sekedar berperan menghibur para pengunjung dengan pertunjukannya tetapi juga sebagai kiyai yang mendoakan agar mereka yang memiliki hajat selalu dilindungi dari segala bencana. Ia juga sering berperan sebagai pawing hujan ketika di tanggap untuk menyelenggarakan pertunjukkan . selian untuk keperluan pesta atau hajatan di kalangan keluarga – keluarga petani di pedasaan, wayang kulit juga sering di tanggap untuk meramaikan rangkaian peringatan hari – hari besar tertentu, seperti peringatan 17 agustus .
Banyak ragam cara untuk menarik minat jemaah agar bisa duduk setia hingga akhir sembari mendengarkan Ki Dalang menyampaikan pesan moral yang disitir dari Alquran ataupun dicuplik dari hadis Nabi. Seperti digelar di SD Al-Irsyad, Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng), beberapa waktu lalu, dalam dakwahnya itu para ustaz meminjam cara para wali untuk menyampaikan pesan moral atau mengingatkan tentang ajaran Islam, baik kepada anak didik maupun orang tua murid. Disadari, wayang kulit menjadi media dakwah, sekaligus menguri-uri (memelihara) kebudayaan Jawa. Permainan wayang kulit, seperti biasanya, hanya mempertontonkan monolog yang diisi dengan dakwah.
Acara tersebut digelar dalam rangkaian Semarak Ramadan yang dimulai sejak 15 Agustus lalu. "Pergelaran wayang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sebab dari wayang itulah Islam dapat diterima dan diperkenalkan kepada masyarakat di Pulau Jawa," kata Kepala Sekolah SD Al-Irsyad 2 Nandi Mulyadi. Menurut Nandi, tidak hanya nilai-nilai Islam yang akan disampaikan dalam dakwah dengan wayang, tetapi sekaligus mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta kepada budaya lokal. Anak-anak zaman sekarang kurang mengenal cerita atau tokoh dalam pewayangan secara utuh, sebagai imbas arus globalisasi. Para generasi muda telah dicekoki oleh cerita produk asing yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa ini. "Oleh karena itu, pementasan wayang akan menjadi bagian kegiatan di sekolah Al Irsyad," ucap Nandi.
Tampaknya pesan monolog oleh dalang Ki Sunan Sunhaji dengan lakon Gatotkoco Prasetyo, yakni tentang keteguhan hati seorang Gatotkoco untuk membela kebenaran dan keadilan, telah menaruh minat ratusan murid SD dan wali murid yang sebagian besar kaum Hawa. Dakwah yang disajikan Sunhaji cukup menarik ratusan ibu-ibu yang mengikuti pengajian tersebut. Mereka tidak hanya khidmat mendengarkan dakwah, tetapi juga tersenyum ketika Ustaz Sunhaji melontarkan lelucon.
Bahkan, mereka sangat serius ketika tokoh pewayangan Bima atau Werkudara memberikan nasihat-nasihat mengenai larangan-larangan agama. Mereka tertawa saat tokoh yang dimainkan Sunhaji, yakni Punakawan, Gareng, Bagong, Petruk, dan ayahnya Semar. Empat tokoh tersebut menjadi bumbu penyegar dalam pewayangan dan sangat dinanti anak-anak.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Adapun kelebihan wayang sebagai media dakwah adalah sebagai hiburan pada saat hajatan dan peringatan hari-hari besar, pesan yang di sampaikan melalui wayang lebih menarik dibandingkan dengan ceramah-ceramah biasa, wayang juga bisa dijadikan sebagai penyampaian nilai-nilai Islam, dan wayang merupakan kesenian yang begitu unik dan menarik. Adapun kekurangan wayang sebagai media dakwah adalah tidak semua orang bisa memahami bahasa yang di gunakan dalam menceritakan wayang tersebut.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan :
1.Perkembangan wayang pada saat ini mengalami penurunan drastis itu disebabkan oleh apa, dan bagaimana cara agar wayang sebagai media dakwah bisa eksis?
2. Apakah wayang sebagai media dakwah perlu dilestarikan atau sebaliknya?
3. Kok bisa dalang dikatakan sebagai kiyai?
4. Apakah sama wayang dengan ludruk?
Jawaban :
1. Memang perkembangan wayang pada saat ini sudah mulai menurun sejak adanya pertumbuhan media-media lain seperti halnya radio, tv, internet, majalah, dan media lainnya. Yang mungkin lebih menarik dibandingkan wayang sebagi media dakwah. Pada museum Wayang Dachlan mencatat kurang lebihnya pengnjung hanya berkisar 113 perhari Dengan jumlah tersebut, museum ini menempati urutan ketiga untuk jumlah pengunjung museum-museum yang dikelola Pemda DKI Jakarta. Urutan pertama diduduki Monumen Nasional (Monas) diikuti Museum Sejarah, baru kemudian Museum Wayang. Penyebabnya mungkin karena faktor kuranganya kesadaran atas hasil dari kebudayaanya bangsa sendiri, properti yang digunakan dalam pewayangan mungkin kurang menarik karena menggunakan alat yang tradisional, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa yang mungkin terlalu sulit dipahami Karen mengunakan bahasa Jawa.
Maka dengan adanya seperti ini wayang akan terus akan semakin dilupakan, dan usaha agar wayang tetap eksis, menueut ketua Senawangi mengatakan, wayang bisa tetap bertahan jika kesenian ini digarap sungguh-sungguh oleh para pelakunya. “Artinya harus mempersiapkan diri dengan baik. Sanggit atau kreativitas dalang dalam mengolah cerita perlu digarap, gendingnya digarap, tata panggung dan tata suaranya juga digarap. Yang tidak kalah penting, penontonnya sendiri juga harus digarap,” katanya. Lain halnya lagi dengan Ki Seno Nugroho. “Saya mengambil langkah yang cukup ekstrem. Saya memadukan dua gagrag sekaligus, Ngayogyakarta dan Surakarta. Dua gaya ini ‘kan tidak pernah ketemu, tetapi saya gabungkan di pentas saya, “katanya”. Ternyata sambutannya luar biasa. Hampir di setiap pentas mendalangnya menggunakan bahasa campuran dengan Bahasa Indonesia. Kalau tidak begitu, tidak bisa dipahami penonton. dan juga membuat kreasi pada bentuk wayang, misalnya
senapan, helikopter dan banyak lagi bentuk-bentuk lain agar tidak monoton,” ujar Ki Lalu Nasib. Lebih pentingya kita semua sebagai bangsa yang cinta kebudayaan sendiri harus selalu mendukung agar wayang tidak di lengser. Dari situlah upaya wayang sebagi media dakwah agar bisa tetap eksis dibelantara dunia ini.
2.Seperti di gambarkan diatas bahwa wayang sebagi media dakwah harus diperjuangkan, bahwa berdakwah tanpa adanya kesenian yang membantu sebagai alat untuk mensyiarkan agam Islam lebih menarik dan tidak membosankan, ibarat sayuran tanpa garam, kurang mantap. Dan juga untuk meneruskan perjuangan kanjeng Sunan Kalijaga pada tempo dulu.
3.Bahwa dalang disamping sebagai narator pada jalan cerita wayang, juga sebagi pembawa pesan-pesan nilai-nilai Islam, di mana dalam cerita yang dibawanya mengandung ajakan-ajakan untuk saling menjaga tali persaudaraan antar sesama muslim, juga kita disuruh agar selalu berusaha dan berikhtiyar, juga dalam pada saat wayang akan berakhir seorang dalang akan menuntun do’a aga umat Islam selalu mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Makanya dalang juga bisa dikatakan sebagi kiyai yang sifatnya sementara dalam tanda kutip terlepas dari sifat-sifat sebagai seorang kiyai atau ulama.
4. Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Sedangkan wayang adalah dalam penokohanya bisa menggunakan orang, kulit binatang, kayu, boneka dll, dan dalam wayang ada satu yang menjadi atau membawa jalan ceritanya yang di sebut sebagai “dalang”, maka beda antara wayang dan ludruk. Tapi ada kesamaan antara wayang dan ludruk yaitu sama-sama menggunakan orang sebagi medianya, yang membedakanya adalah bahwa di dalam ludruk tidak ada dalang yang memwakan jalan ceritanya seperti pada wayang.
KESIMPULAN
Wayang bukan hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat dalam tingkat kesempurnaan abadi, sehingga tokoh-tokoh di pewayangan di identikkan dengan sifat-sifat manusia dan alam didalam kehidupan sehari-harinya.
Pada zaman penyebaran Islam di Jawa, juga telah digunakan sebagai alat perjuangan penyebaran agama dan budaya Islam. Walisanga, terutama Sunan Kalijaga dipercaya menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah dengan melakukan gubahan cerita pakem wayang kulit. Cerita wayang yang mulanya mereferensi pada keyakinan Hindu dan berasal dari daratan India lalu disesuaikan dengan ajaran Islam di Jawa. Sebut saja lakon Jimat Kalimasada yang dinilai terbukti efektif sebagai media siar Islam pada zaman kerajaan Demak.
Pada zaman modern ini sebagian pengetahuan tradisional dan kesenian jarang muncul lagi, kesenian jawa yang masih popular adalah wayang kulit, apalagi kesenian jawa seperti ludruk, sandur hampir tidak pernah dijumpai dalam berbagai event hiburan rakyat.waktu luang yang dulu dimanfaatkan untuk berkumpul bersam di kalangan ibu – Ibu, bapak – bapak, dan anak – anak muda melalui sarana kesenian ini di manfaatkan untuk menonton televisi di rumah masing – masing dan semua ini memudarkan kesenian – kesenian local yang berkembang di masyarakat. Ada beberapa penyebab pudarnya kesenian – kesenian local
1.pergeseran generasi di kalangan pelaku maupun penikmat seni local
2.masyarakat yang semakin praktis, efektis, dan efisien, menyebabkan kesenian – kesenian hilang momentum untuk ditampilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Chamim, Asykuri dkk, Purifikasi & Reproduksi Budaya Di Pantai utara Jawa, Muhammadiyah dan Seni Loka, PSb-Ps-UMS : Surakarta, 2003
Munir M. Dkk, Manajemen Dakwah, Prenada Media Group : Jakarta, 2009
http://neomujahid.blogspot.com
http://sukrablog.blogspot.com
Dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw, namun bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab, keteladanan serta dapat pula dilaksanakan dengan berbagai media, seperti: seni ketoprak, seni ludruk, seni wayang, seni teater dan lain-lain. Dengan demikian bagi juru dakwah untuk mempermudah menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah, maka sebaiknya dakwah dilakukan dengan menggunakan media yang sudah ada, hal ini untuk menyesuaikan keadaan masyarakat tidak sama satu sisi sudah maju dan di sisi lain masih ketinggalan. Oleh karena itu dalam berdakwah walaupun menggunakan media modern namun sudah menghilangkan media tradisional yang masih dapat digunakan dengan baik, sehingga dalam berdakwah penggunaan media tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat
setempat.
Demikian juga dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masayarakat karena para Walisongo sebagai da’i menggunakan bentuk-bentuk seni dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah pada waktu itu, yaitu media wayang dan gamelan. Adapun pendekatan dan pengembangan dakwah yang digunakan oleh Walisongo sesuai dengan media dakwah setempat yang sedang digandrungi oleh masyarakat, yaitu wayang. Para Wali melihat kesenian wayang sebagai media komunikasi dan interaksi yang sangat mampu terhadap pola pikir masyarakat. Kesenian wayang orang kemudian dimodifikasi dan disesuaikan oleh para Wali dengan konteks dakwah (di Islamkan).
Sehingga dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa dapat tersebar luas serta diterima oleh masyarakat karena Walisongo menggunakan bentuk-bentuk kesenian dari budaya masyarakat setempat sebagai salah satu media dakwah yaitu media wayang dan gamelan. Dengan media itu mudah ditangkap oleh masyarakat yang awam karena pendekatan-pendekatan Walisongo yang konkrit dan realistis, dan menyatu dengan kehidupan masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Media Dakwah
Media (wasilah) dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyanpaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada mad’u. untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat , dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah , hamzah ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak .
b. Wayang
Dr T Piqued mengatakan bahwa Wayang adalah Boneka yang dipertunjukkan , pertunjukkannya dihidangkan dalam berbagai bentuk dan diiringi gamelan slendro Dilihat dari sudut pandang terminologi ada beberapa pendapat mengenai asal kata wayang . Dalam Kamus Bahasa Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak manusia.. Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca-serat (fibre-glass), atau bahan dwimatra lainnya, dan dari kayu pipih maupun bulat torak tiga dimensi.
Jadi media dakwah melalui wayang adalah sebuah alat atau media yang di gunakan untuk memberikan sebuah ide, materi, atau gagasan melalui kesenian yang berupa wayang.
2. Sejarah Perkembangan Wayang
Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak 1500 th. sebelum Masehi, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik dan ada yang jahat.
Agar tidak diganggu oleh roh jahat, maka roh-roh tersebut dilukis dalam bentuk gambaran (gambar ilusi) atau bayangan (wewayangan/wayang ), disembah dan diberi sesajen yang kemudian dikenal kemudian dengan kepercayaan Animisme.
Kepercayaan nenek moyang kita demikian berlangsung lama, tetapi dengan kedatangan A-gama Hindu kepercayaan baru yang datang dari India termasuk juga adat dan budayanya, maka gambaran ( gambar ilusi ) Roh, berubah fungsinya. Dahulunya untuk disembah kemudian berubah menjadi alat peraga untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama. Hal demikian kelak ditiru oleh Sunan Kalijaga ( R.M. Said ) salah satu Wali Songo untuk menyebarkan dan mengembang kan ajaran Islam di Indonesia, meskipun disana-sini disisipkan ajaran-ajaran filsafat dan agama Islam, seperti “Jimat Kalimusodo” yang dimaksud adalah dua kalimat syahadat. Demikian pula variasi-variasi ceritanya selain cerita Mahabarata dan Ramayana, Perkembangan bentuk wayang juga mengalami perkembangan ragamnya, yakni mulai dari rumput, kulit kayu, kulit binatang ( wayang kulit ), wayang lukisan kain ( wayang beber ) dsb.
Wayang bukan hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat dalam tingkat kesempurnaan abadi, sehingga tokoh-tokoh di pewayangan di identikkan dengan sifat-sifat manusia dan alam didalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam cerita pewayangan banyak ditemukan falsafah-falsafah hidup dan sering dijadikan kajian ilmiah oleh peneliti-peneliti dan Mahasiswa-mahasiswi .
Pada akhir cerita wayang adalah suatu kebudayaan yang terus berkembang dan setia pada misinya dan fungsi yang diemban, yaitu sebagai sarana hiburan sekaligus menyampaikan pesan-pesan. Wayang berfungsi sebagai sarana penerangan, pendidikan dan komunikasi massa yang sangat akrab dengan masyarakat pendukungnya dengan tujuan akhirnya membangun kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya negara Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Salah satu karya beliau adalah tentang konsep Panakawan yang selalu ditampilkan dalam setiap pementasan wayang yang beliau dalangi. Para tokoh Panakawan ini selalu beliau tampilkan dalam setiap pementasan wayang kulit. Tokoh-tokoh Panakawan tersebut adalah :
1. Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Mismar. Mismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran dalam ajaran Islam Semar merupakan simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.
2. Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa, kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) agar kembali ke jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.
3. Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk. Kata ini merupakan kata pangkal dari sebuah wejangan (petuah) tasawuf yang berbunyi: Fat-ruk kulla maa siwalLaahi, yang artinya: tinggalkan semua apapun yang selain Allah. Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para aulia dan mubaligh pada waktu itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong yang berlubang. Maknanya bahwa, setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti berlubangnya kantong yang tanpa penghalang.
4. Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yaitu berontak terhadap kebathilan dan keangkaramurkaan. Si “Bayangan Semar†ini karakternya lancang dan suka berlagak bodoh
JENIS WAYANG
• Wayang Purwa
Wayang purwa disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Penyaduran sumber cerita dari Ramayana dan Maha barta kedalam bahasa jawa kuna dilakukan pada masa pemerintahan raja Jayabaya .pujangga yang terkenal pada masa itu ialah empuSedah ,empu panuluh empu Kanwa. Sunan Kalijaga salah seorang walisanga (demak,abad XV)adalah orang yang pertama kali menciptakan wayang dari kulit lembu . selain kulit lembu ada juga yang menggunakan kulit kerbau bahkan disuatu daerah ada yang menggunakan dengan kulit manusia.Dalang yang terkenal ialah Ki Narto Sabdo,Ki haji Anom Suroto,kitimbul Hadi Prayitno,Mas bayu aji dll.
• Wayang Golek
Banyak orang yang menyebut wayang tengul. Wayang ini terbuat dari kayu dan diberi baju seperti layaknya manusia. Sumbernya diambil dari sejarah ,misalnya cerita Untung surapati ,Batavia Sultan Agung,Trunajaya dll. Wayang golek tidak menggunakan kelir\layar seperti wayang kulit.
• Wayang Krucil
Banyak orang menamakanya wayang klithik.Wayang ini terbuat dari kayu,bentuknya mirip wayang kulit. Biasanya meceritakan DamarWulan dan Majapahit. Untuk menancapkan Wayang klithik tidak ditancapkan di pelepah pisang seperti wayang kulit tetapi menggunakan kayu yang telah diberi lubang lubang.
• Wayang Beber
Wayang Beber terbuat dari kain atau kulit lembu yang berupa beberan atau lembaran.tiap beberan merupakan satu adegan cerita.bbila sudah tak dimainkan maka bisa digulung .Wayang ini dibuat pada zaman kerajaan majapahit.
• Wayang Gedok
Bentuknya hamper mirip wayang kulit.sumber ceritanya berasal dari jawa seperti:Banten,Singasari,Mataram,Kediri dll.wayang gedog hapir punah kita hanya dapat menjumpai tahun 1400
• Wayang Suluh
Pementasan wayang suluh ini biasanya untuk penerangan masyarakat. Wayang ini tergolong wayang modern.terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap lazimya manusia gambarnya pun mirip manusia .ceritanya diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.
• Wayang Titi
Wayang titi adalah wayang china. Sumbernya berasal dari cerita china. Wayang ini bisa kita jumpai di perkampungan china atau klenteng.
• Wayang Madya
Wayang ini di ciptaakan oleh K.G Mangkungara IV pada awal abad XVIII. Sumber ceritranya diambil dari cerita Pandawa setelah perang Baratayuda,misalnya prabu Parikesit
• Wayang Wahyu
Wayang yang satu ini juga sering disebut wayang Bibel. Cerita wayang ini berasal dari kitab injil. Diciptakan oleh Bruder Themotheos untu menyiarkan agama Kristen.
• Wayang Orang
Cerita wayng purwa yang dipentaskan oleh orang dengan busana seperti wayang sumbernya pun sama dengan wayan purwa.Perkumpulan yang terkenal seperti M Ngesti Pandawa dari Semarang, Sriwerdari dari Surakarta.
• Wayang Pancasila
Adalah cerita wayang mirp wayang purwa bedanya tokoh-tokohnya adalah pejuang-pejuag bangsa Indonesia ceritanya pun tentang perjuangan Bangsa Indonesia
WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Wayang sudah beratus tahun dipentaskan dalam masyarakat kita. Wayang juga sudah ditulis dalam bentuk buku, baik oleh orang kita maupun orang luar. Wayang masih juga ditulis dalam majalah, koran dan dikonversi dalam bentuk buku komik. Bahkan wayang telah beredar dalam bentuk rekaman, diradiokan, disiarkan lewat layar kaca televisi dan sebagainya. Tetapi tampaknya zaman keemasan wayang telah berlalu. Masa jaya wayang sudah lewat. Kini wayang sedang memasuki masa senja. Penyebabnya amat banyak, bahkan semakin banyak. Kian kekinian, generasi kita semakin tidak menguasai bahasa daerah yang menjadi tulang punggung kehidupan wayang
Pada zaman penyebaran Islam di Jawa, juga telah digunakan sebagai alat perjuangan penyebaran agama dan budaya Islam. Walisanga, terutama Sunan Kalijaga dipercaya menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah dengan melakukan gubahan cerita pakem wayang kulit. Cerita wayang yang mulanya mereferensi pada keyakinan Hindu dan berasal dari daratan India lalu disesuaikan dengan ajaran Islam di Jawa. Sebut saja lakon Jimat Kalimasada yang dinilai terbukti efektif sebagai media siar Islam pada zaman kerajaan Demak
Wayang kulit merupakan paling populer di kalangan masyarakat local hingga kini. Dalang wayang kulit biasanya biasanya di tanggap oleh keluarga – keluarga yang mengadakan pesta hajatan perkawinan dan khitanan. Dalam prosesi pesta hajatan tersebut, seorang dalang biasanya tidak sekedar berperan menghibur para pengunjung dengan pertunjukannya tetapi juga sebagai kiyai yang mendoakan agar mereka yang memiliki hajat selalu dilindungi dari segala bencana. Ia juga sering berperan sebagai pawing hujan ketika di tanggap untuk menyelenggarakan pertunjukkan . selian untuk keperluan pesta atau hajatan di kalangan keluarga – keluarga petani di pedasaan, wayang kulit juga sering di tanggap untuk meramaikan rangkaian peringatan hari – hari besar tertentu, seperti peringatan 17 agustus .
Banyak ragam cara untuk menarik minat jemaah agar bisa duduk setia hingga akhir sembari mendengarkan Ki Dalang menyampaikan pesan moral yang disitir dari Alquran ataupun dicuplik dari hadis Nabi. Seperti digelar di SD Al-Irsyad, Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng), beberapa waktu lalu, dalam dakwahnya itu para ustaz meminjam cara para wali untuk menyampaikan pesan moral atau mengingatkan tentang ajaran Islam, baik kepada anak didik maupun orang tua murid. Disadari, wayang kulit menjadi media dakwah, sekaligus menguri-uri (memelihara) kebudayaan Jawa. Permainan wayang kulit, seperti biasanya, hanya mempertontonkan monolog yang diisi dengan dakwah.
Acara tersebut digelar dalam rangkaian Semarak Ramadan yang dimulai sejak 15 Agustus lalu. "Pergelaran wayang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sebab dari wayang itulah Islam dapat diterima dan diperkenalkan kepada masyarakat di Pulau Jawa," kata Kepala Sekolah SD Al-Irsyad 2 Nandi Mulyadi. Menurut Nandi, tidak hanya nilai-nilai Islam yang akan disampaikan dalam dakwah dengan wayang, tetapi sekaligus mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta kepada budaya lokal. Anak-anak zaman sekarang kurang mengenal cerita atau tokoh dalam pewayangan secara utuh, sebagai imbas arus globalisasi. Para generasi muda telah dicekoki oleh cerita produk asing yang belum tentu sesuai dengan budaya bangsa ini. "Oleh karena itu, pementasan wayang akan menjadi bagian kegiatan di sekolah Al Irsyad," ucap Nandi.
Tampaknya pesan monolog oleh dalang Ki Sunan Sunhaji dengan lakon Gatotkoco Prasetyo, yakni tentang keteguhan hati seorang Gatotkoco untuk membela kebenaran dan keadilan, telah menaruh minat ratusan murid SD dan wali murid yang sebagian besar kaum Hawa. Dakwah yang disajikan Sunhaji cukup menarik ratusan ibu-ibu yang mengikuti pengajian tersebut. Mereka tidak hanya khidmat mendengarkan dakwah, tetapi juga tersenyum ketika Ustaz Sunhaji melontarkan lelucon.
Bahkan, mereka sangat serius ketika tokoh pewayangan Bima atau Werkudara memberikan nasihat-nasihat mengenai larangan-larangan agama. Mereka tertawa saat tokoh yang dimainkan Sunhaji, yakni Punakawan, Gareng, Bagong, Petruk, dan ayahnya Semar. Empat tokoh tersebut menjadi bumbu penyegar dalam pewayangan dan sangat dinanti anak-anak.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN WAYANG SEBAGAI MEDIA DAKWAH
Adapun kelebihan wayang sebagai media dakwah adalah sebagai hiburan pada saat hajatan dan peringatan hari-hari besar, pesan yang di sampaikan melalui wayang lebih menarik dibandingkan dengan ceramah-ceramah biasa, wayang juga bisa dijadikan sebagai penyampaian nilai-nilai Islam, dan wayang merupakan kesenian yang begitu unik dan menarik. Adapun kekurangan wayang sebagai media dakwah adalah tidak semua orang bisa memahami bahasa yang di gunakan dalam menceritakan wayang tersebut.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan :
1.Perkembangan wayang pada saat ini mengalami penurunan drastis itu disebabkan oleh apa, dan bagaimana cara agar wayang sebagai media dakwah bisa eksis?
2. Apakah wayang sebagai media dakwah perlu dilestarikan atau sebaliknya?
3. Kok bisa dalang dikatakan sebagai kiyai?
4. Apakah sama wayang dengan ludruk?
Jawaban :
1. Memang perkembangan wayang pada saat ini sudah mulai menurun sejak adanya pertumbuhan media-media lain seperti halnya radio, tv, internet, majalah, dan media lainnya. Yang mungkin lebih menarik dibandingkan wayang sebagi media dakwah. Pada museum Wayang Dachlan mencatat kurang lebihnya pengnjung hanya berkisar 113 perhari Dengan jumlah tersebut, museum ini menempati urutan ketiga untuk jumlah pengunjung museum-museum yang dikelola Pemda DKI Jakarta. Urutan pertama diduduki Monumen Nasional (Monas) diikuti Museum Sejarah, baru kemudian Museum Wayang. Penyebabnya mungkin karena faktor kuranganya kesadaran atas hasil dari kebudayaanya bangsa sendiri, properti yang digunakan dalam pewayangan mungkin kurang menarik karena menggunakan alat yang tradisional, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa yang mungkin terlalu sulit dipahami Karen mengunakan bahasa Jawa.
Maka dengan adanya seperti ini wayang akan terus akan semakin dilupakan, dan usaha agar wayang tetap eksis, menueut ketua Senawangi mengatakan, wayang bisa tetap bertahan jika kesenian ini digarap sungguh-sungguh oleh para pelakunya. “Artinya harus mempersiapkan diri dengan baik. Sanggit atau kreativitas dalang dalam mengolah cerita perlu digarap, gendingnya digarap, tata panggung dan tata suaranya juga digarap. Yang tidak kalah penting, penontonnya sendiri juga harus digarap,” katanya. Lain halnya lagi dengan Ki Seno Nugroho. “Saya mengambil langkah yang cukup ekstrem. Saya memadukan dua gagrag sekaligus, Ngayogyakarta dan Surakarta. Dua gaya ini ‘kan tidak pernah ketemu, tetapi saya gabungkan di pentas saya, “katanya”. Ternyata sambutannya luar biasa. Hampir di setiap pentas mendalangnya menggunakan bahasa campuran dengan Bahasa Indonesia. Kalau tidak begitu, tidak bisa dipahami penonton. dan juga membuat kreasi pada bentuk wayang, misalnya
senapan, helikopter dan banyak lagi bentuk-bentuk lain agar tidak monoton,” ujar Ki Lalu Nasib. Lebih pentingya kita semua sebagai bangsa yang cinta kebudayaan sendiri harus selalu mendukung agar wayang tidak di lengser. Dari situlah upaya wayang sebagi media dakwah agar bisa tetap eksis dibelantara dunia ini.
2.Seperti di gambarkan diatas bahwa wayang sebagi media dakwah harus diperjuangkan, bahwa berdakwah tanpa adanya kesenian yang membantu sebagai alat untuk mensyiarkan agam Islam lebih menarik dan tidak membosankan, ibarat sayuran tanpa garam, kurang mantap. Dan juga untuk meneruskan perjuangan kanjeng Sunan Kalijaga pada tempo dulu.
3.Bahwa dalang disamping sebagai narator pada jalan cerita wayang, juga sebagi pembawa pesan-pesan nilai-nilai Islam, di mana dalam cerita yang dibawanya mengandung ajakan-ajakan untuk saling menjaga tali persaudaraan antar sesama muslim, juga kita disuruh agar selalu berusaha dan berikhtiyar, juga dalam pada saat wayang akan berakhir seorang dalang akan menuntun do’a aga umat Islam selalu mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Makanya dalang juga bisa dikatakan sebagi kiyai yang sifatnya sementara dalam tanda kutip terlepas dari sifat-sifat sebagai seorang kiyai atau ulama.
4. Ludruk adalah kesenian drama tradisional dari Jawa Timur. Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik. Sedangkan wayang adalah dalam penokohanya bisa menggunakan orang, kulit binatang, kayu, boneka dll, dan dalam wayang ada satu yang menjadi atau membawa jalan ceritanya yang di sebut sebagai “dalang”, maka beda antara wayang dan ludruk. Tapi ada kesamaan antara wayang dan ludruk yaitu sama-sama menggunakan orang sebagi medianya, yang membedakanya adalah bahwa di dalam ludruk tidak ada dalang yang memwakan jalan ceritanya seperti pada wayang.
KESIMPULAN
Wayang bukan hanya sekedar tontonan tetapi juga tuntunan dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat dalam tingkat kesempurnaan abadi, sehingga tokoh-tokoh di pewayangan di identikkan dengan sifat-sifat manusia dan alam didalam kehidupan sehari-harinya.
Pada zaman penyebaran Islam di Jawa, juga telah digunakan sebagai alat perjuangan penyebaran agama dan budaya Islam. Walisanga, terutama Sunan Kalijaga dipercaya menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah dengan melakukan gubahan cerita pakem wayang kulit. Cerita wayang yang mulanya mereferensi pada keyakinan Hindu dan berasal dari daratan India lalu disesuaikan dengan ajaran Islam di Jawa. Sebut saja lakon Jimat Kalimasada yang dinilai terbukti efektif sebagai media siar Islam pada zaman kerajaan Demak.
Pada zaman modern ini sebagian pengetahuan tradisional dan kesenian jarang muncul lagi, kesenian jawa yang masih popular adalah wayang kulit, apalagi kesenian jawa seperti ludruk, sandur hampir tidak pernah dijumpai dalam berbagai event hiburan rakyat.waktu luang yang dulu dimanfaatkan untuk berkumpul bersam di kalangan ibu – Ibu, bapak – bapak, dan anak – anak muda melalui sarana kesenian ini di manfaatkan untuk menonton televisi di rumah masing – masing dan semua ini memudarkan kesenian – kesenian local yang berkembang di masyarakat. Ada beberapa penyebab pudarnya kesenian – kesenian local
1.pergeseran generasi di kalangan pelaku maupun penikmat seni local
2.masyarakat yang semakin praktis, efektis, dan efisien, menyebabkan kesenian – kesenian hilang momentum untuk ditampilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibn Chamim, Asykuri dkk, Purifikasi & Reproduksi Budaya Di Pantai utara Jawa, Muhammadiyah dan Seni Loka, PSb-Ps-UMS : Surakarta, 2003
Munir M. Dkk, Manajemen Dakwah, Prenada Media Group : Jakarta, 2009
http://neomujahid.blogspot.com
http://sukrablog.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar