I.PENDAHULUAN
Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da’I harus mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’I tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun sosial.
Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tudaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’I yang bersifat umum, artinya bukan saja Da’i yang professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang Da’i. Pada klasifikasi kepribadian seorang Da’i, yakni yang bersifat rohaniah (psikologis) pada dasaranya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri seseorang Da’i di mana ketiga masalah ini sudah dapat mencakup keseluruhan (kepribadian) yang harus di milikinya .
II.PERMASALAHAN
Dalam kaitanya dengan dai dan kepribadianya maka pemakalah akan menjelaskan tentang pengertian-pengertian kepribadian, juga kepribadian da’i menurut ajaran Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat-sahabatnya di sertai dengan hadits dan ayat suci Al-Qur’an yang berkaitan denganya.
III.PEMBAHASAN
MENGENAL DA’I DAN KEPRIBADIANNYA
Da’i adalah orang yang melaksanakan tugas dakwah, baik yang dilakukan secara individu maupun secara terorganisasi.
A.Definisi Kepribadian
1.Kepribadian adalah sikap dan perilaku seseorang yang terlihat oleh orang lain di luar dirinya. Sikap dan perilaku itu memberi gambaran mengenai sifat-sifat khas, watak, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, minat dan perhatian, hobby, kebiasaan dalain-lain sebagai isi kepribadian seseorang.
2.Kepribadian adalah pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain atau kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain.
3.Kepribadian adalah kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang tampak dari cara-cara berbuat, cara-cara berfikir, cara-cara mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafat hidup dan kepercayaan.
4.Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada setiap orang yang membedakan dirinya dari orang lain.
5.Ahli ilmu jiwa memberikan definisi kepribadian adalah struktur dan proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk tindakan-tindakan dan responnya terhadap lingkugannya dalam cara yang membedakannya dari orang lain.
Dengan kata lain, kepribadian adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.
B.Kepribadian Da’i
Seorang da’i memiliki kedudukan yang sangat mulia dihadapan Allah dan umat manusia. Oleh karena itu seorang da’i harus memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik dikala memasuki medan dakwah. Dasar-dasar kepribadian yang harus dimiliki oleh para da’i, antara lain :
1.Keimanan
Keimanan kepada Allah harus senantiasa ada dalam jiwa dan menyatu dalam kalbu yang bersih. Hal ini merupakan dasar utama yang harus dipegang oleh setiap da’I dalam melakukan tugas dakwah, dan juga dikala menghadapi rayuan dan tipu daya kehidupan dunia.
Yang dimaksud dengan keimanan yaitu seorang da’I harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa ajal berada ditangan Allah semata. Tak ada satu pun musibah yang akan menimpa diri seorang da’I bisa dihindari, meskipun seluruh manusia di dunia ini dikumpulkan untuk membantu menghindarinya niscaya tidak akan mampu. Segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Allah terhadap diri seorang da’I tersebut. Sebaliknya jika seluruh manusia dikumpulkan untuk melakukan kemadlaratan, niscaya pula tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan apa yang telah ditentukan Allah SWT. sebagaimana firman Allah :
???? ???? ?????????? ?????? ??? ?????? ??????? ????? ???? ?????????? ??????? ??????? ??????????????? ??????????????
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (at-Taubah : 51)
Dalam ayat lain disebutkan :
????????? ??????? ?????? ??????? ????? ?????????? ??? ??????????????? ??????? ????? ???????????????
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf : 34)
Dengan memiliki keyakian seperti ini, maka setiap da’I akan terbebas dari rasa takut dan gentar. Ia akan bersikap sabar, berani dan penuh tekad
Termasuk dalam keimanan juga, ayitu agar setiap da’I meyakini bahwa rezki itu berada di tangan Allah. Apabila Allah telah memudahkan bagi setiap hamba-Nya, maka tak akan ada seorang pun yang bakal mampu menghalangi. Sebaliknya, apabila Allah menyempitkan rezki seseorang, maka tak akan ada yang mampu memberinya. Sesungguhnya jiwa tak akan menghadapi kematian melainkan telah ditentukan rezki dan ajalnya. Sebagaimana Allah berfirman :
????? ??????? ???????? ????????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ????? ??????????? ???????? ????????
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (al-Isra’ : 30)
Dengan keyakinan semacam ini, seorang da’I akan terbebas dari kerakusan duniawi dan tidak akan terlalu berambisi untuk memperolehnya. Ia akan terbebas dari kekikiran jiwa dan kesempitan dalam memberi. Ia bahkan akan bersifat dermawan dan mengutamakan dalam memberi sesuatu. Baginya, kebahagiaan dalam kehidupan ini dipandang sebagai suatu kesederhanaan dengan serba kecukupan. Dengan keadaan demikian, justru jiwanya bisa menerima dengan penuh kerelaan.
Termasuk keimanan juga, yaitu seorang da’I mesti meyakini dalam dirinya bahwa Allah SWT. senantiasa menyertainya. Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar terhadap semua tingkah laku, baik secara lahir maupun batin. Dia Maha Mengetahui meskipun kerlingan mata serta apa yang tersembunyi di dalam kalbu.
Bagi setiap da’i harus menyadari dengan sepenuh keyakinan terhadap firman Allah :
??? ??????? ???? ??????? ????????? ?????? ???? ??????????? ????? ???????? ?????? ???? ??????????? ????? ??????? ???? ?????? ????? ???????? ?????? ???? ???????? ?????? ??? ???????
“Tiada pembiacaraan rahasia antara tiga, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembiacaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, malinkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada” (al-Mujadilah : 7).
Dengan keyakinan semacam ini seorang da’I akan terbebas dari bisikan hawa nafsu yang condong kepada perbuatan jahat. Juga ia akan terbebas dari bisikan setan serta fitnah harta dan wanita.
2.Ikhlas
Ikhlas pada hakekatnya adalah kekuatan iman. Perang batin terkadang mendorong seseorang keluar dari kepribadian yang shaleh. Untuk mengatasi hal itu, hendaknya seseorang mengarahkan setiap amalnya hanya kepada Allah semata. Tak ada yang dicari selain mengharapkan balasan dan pahala-Nya.
Jika keikhlasan tersebut diutamakan serta diupayakan secara sungguh-sungguh, niscaya akan berhasil menakhlukkan bisikan setan dan hawa nafsu yang selalu condong kepada kejahatan. Dalam beramal, keikhlasan hendaknya menjadi kebiasaan yang mentradisi, merupakan akhlak sehari-hari bagi seorang da’i. Segala amalnya senantiasa murni semata-mata karena Allah. Dilakukannya tanpa merasa lelah dan terpaksa.
Pengertian ikhlas sebagaimana diterangkan dalam firman Allah :
????? ???????? ?????? ???????????? ??????? ??????????? ???? ???????? ????????? ??????????? ?????????? ?????????? ?????????? ???????? ????? ????????????
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepapa-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Pengertian ikhlas sebagaimana pula diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh asy-Syaikhan dari Umar bin Khattab ra. :
1128 ??????? ?????? ???? ??????????? ?????? ??????? ?????? ????? : ????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ???????? ???????????? ???????????? ?????????? ????????? ??? ????? ?????? ??????? ?????????? ????? ??????? ??????????? ???????????? ????? ??????? ??????????? ?????? ??????? ?????????? ????????? ?????????? ???? ????????? ?????????????? ???????????? ????? ??? ??????? ???????? *
“?Umar bin Khattab berkata : “Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya amal itu harus dengan niat dan setiap orang yang beramal tergantung daripada niatnya. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena kehidupan dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya tidak lain kepada yang ditujunya tersebut.”
Kemudian hadits riwayat Hakim dari Mu’adz bin Jabbal, dimana ia pernah meminta wasiat ketika hendak pergi ke Yaman. Maka Rasulullah SAW. Berpesan: “Laksanakan dienmu (Islam) dengan ikhlas, maka cukup bagimu amal yang sedikit.”
Akan tetapi apakah hakikat amal yang ikhlas itu ? Yaitu, bahwa setiap amal yang dilakukan oleh seseorang tidak akan diterima di sisi Allah dan tidak pula dicatat sebagai suatu kebaikan kecuali dengan dua syarat. Pertama, harus sesuai dengan syariat Islam dan kedua, harus ikhlas karena Allah semata.
Apabila suatu perbuatan dilakukan telah sesuai dengan syariat akan tetapi tidak dilakukan dengan ikhlas karena Allah, maka amal perbuatan tersebut tidak akan diterima. Jadi suatu amal akan diterima, maka amal tersebut harus sesuai dengan syariat dan dilakukan secara ikhlas karena Allah.
Selanjutnya juga, bagaimanakah kepribadian da’I yang ikhlas tersebut ? Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa amal yang benar dan akan diterima Allah yaitu harus berlandaskan syariat dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Atas dasar pengertian semacam ini, agar amal bisa dikatakan baik dan benar, maka seorang da’I harus memahami hakekat berikut :
a.Tujuan dakwahnya semata-mata mencari ridla Allah.
b.Segala perbuatannya di dalam masyarakat senantiasa selaras dengan syariat-syariat Allah.
c.Selalu melakukan introspeksi diri dan mempertanyakan pada diri sendiri tentang apa yang diharapkan dari aktivitas dakwanya dan apa pula tujuan ia melakukan dakwah.
d.Melihat perbuatannya sendiri, apakah telah sesuai dengan apa yang sering dikatakannya dikala memberikan nasehat dalam dakwahnya.
e.Selalu waspada dari tipu daya syetan, bisikan hawa nafsu, merasa ‘ujub (bangga) dan riya’.
Bagi da’i yang telah memahmi hakikat tersebut, niscaya ia akan berjalan di dalam dakwah dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Allah akan memberi balasan kepada mereka yang telah berupaya membenahi umat, dan orang-orang pun akan mengikuti jejak ajaran dakwahnya. Mereka menerima hidayah Allah dengan penuh patuh dan tunduk.
3.Keberanian
Berani dalam kebenaran adalah kekuatan jiwa. Bagi seorang da’I, keagungan jiwa akan diperoleh dengan keimanan kepada Allah dan keyakinannya terhadap kebenaran dan keabadian yang kekal serta kepasrahannya terhadap takdir, rasa tanggung jawab terhadap beban yang dipikulkan kepadanya dan dari pendidikan yang bersifat Islam yang diberikan kepadanya.
Bagi seorang da’i, kadar keimanannya tak akan mudah dikalahkan. Kebenaran yang telah diyakininya tak akan mudah ditundukkan. Keyakinannya terhadap takdir tak akan pernah bergeser. Tanggung jawab yang dipikulnya tak akan mengenal selesai dan dalam pendidikan ia tak mengenal istilah jenuh. Kesemuanya akan menjadi bekal dalam memperkuat keberaniannya, dimana akan berguna di saat menyampaikan kalimat yang haq. Ia tak pernah merasa takut kepada siapa pun kecuali hanya kepada Allah. Ia juga tak akan gentar dalam menghadapi celaan dari orang-orang yang suka mencela.
Sungguh pahala keberanian dalam menyampaikan yang haq adalah termasuk jihad yang paling tinggi derajatnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Rasulullah SAW. Bersabda :
“Sebaik-baik jihad adalah menyampaikan yang kalimat haq kepada sang penguasa lalim.”
Orang yang mati syahid lantaran menyampaikan kalimat yang haq kelak akan disatukan bersama-sama penghulu para syuhada. Rasulullah pernah bersabda :
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seeorang yang berdiri di hadapan sang penguasa yang lalim kemudian menyuruhnya (berbuat ma’ruf) dan melarangnya (berbuat munkar) lantas (karena itu) ia dibunuh.” (HR. Hakim).
Bagi para da’I hendaknya bisa membedakan apa yang dimaksud dengan keberanian dan apa yang dimaksud dengan kekerasan, sebab keduanya mengandung perbedaan. Keberanian kaitannya adalah dalam menyampaikan kalimat-kalimat yang haq tanpa mempedulikan akibatnya, meskipun akibat tersebut bisa berbentuk penyiksaan atau cobaan lainnya. Adapun kekerasan, pada awalnya memamg bermaksud hendak melakukan perbaikan, pembenahan, dan meluruskan penyelewengan. Namun, mengajak kepada kebaikan dengan melalui kekerasan dan amukan hanya akan menimbulkan salah faham. Apalagi bila yang didakwahi adalah orang yang berwatak keras dan kukuh.
Keberanian dalam kebenaran adalah akhlak yang terpuji bagi seorang da’I. Dalam menyampaikan dakwah pertama kali harus dicoba dengan cara yang halus dan lemah lembut. Apalagi yang akan disampaikan adalah masalah yang bersifat nasihat dan petunjuk. Kecuali bila keadaan memaksa untuk bersikap lebih keras, semangat dan terang-terangan, maka hal tersebut bisa dimaklumi. Sebab dengan begitu dakwah yang disampaikan akan terasa lebih tegas. Tentunya dengan syarat jangan sampai keluar dari dasar dan batasan makna “hikmah”, karena dikhawatirkan terjadi fitnah dan kekacauan.
4.Kesabaran
Kesabaran adalah kekuatan jiwa yang tangguh dan nyata. Mendorong kepada orang ang memilikinya untuk senantiasa mampu mengatasi hal-hal yang menjadikan dirinya lemah, pasif, hilang semangat dan mudah putus asa. Kesabaran membentuk seseorang untuk senantiasa tabah, tahan terhadap segal cobaan dan berbagai kesulitan, hingga tiba masanya Allah membukakan baginya kemenangan, atau hingga ia kembali kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Ketika hendak terjun dalam medan dakwah, hendaknya para da’I telah memperkirakan resiko yang akan diterimanya, seperti :
•Adanya tuduhan-tuduhan dusta dan kata-kata yang sengaja dilontarkan untuk menjatuhkan nama baiknya.
•Penahanan, penganiayaan, penyiksaan dan berbagai gangguan lainnya, baik secara fisik maupun psikis.
•Pemecatan dari jabatan yang selama ini dipegang, juga penyitaan terhadap harta benda yang selama ini dimiliki, atau dihentikannya segala tunjangan dan gaji, dan sebagainya.
•Dibuang atau dikucilkan dari kampung halamannya, terpisah dari istri dan anak-anaknya, teman-teman seperjuangan dan orang-orang yang dicintainya.
•Adanya berbagai rayuan, yakni dengan cara menawarkan kedudukan, harta dan wanita.
•Bahkan menemui kematian sebagai orang yang mati syahid.
Apabila setiap da’I telah memikirkan secara mendalam terhadap tanggung jawab dan berbagai beban yang keras lagi pedih, maka hal tersebut justru tak akan memberatkannya. Apalagi menganggap dirinya sebagai orang yang kalah disebabkan menjumpai cobaan-cobaan seperti tersebut di atas. Tabiatnya sebagai da’I justru akan seperti para shadiqin atau para ulama yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi berbagai teror, penderitaan dan cobaan lainnya. Mereka mendapatkan kepuasan dari dakwah yang mereka lakukan.
Orang-orang yang berjuang dalam medan dakwah, yang melangkahkan kaki pada jalan kebaikan, pasti akan menjumpai beragam kesulitan. Mereka akan menghadapi berbagai kekerasan dan kepedihan. Sangat keliru bila para da’I beranggapan, bahwa perjalanan dakwah akan dipenuhi dengan kesenangan dan kenikmatan.
5.Percaya Diri
Percaya diri merupakan salah satu kekuatan yang sangat tangguh dalam upaya memotivasi diri. Dengan adanya rasa percaya diri seseorang akan tetap optimis dalam memandang hari esok. Ia akan meraih cita-cita yang menjadi harapannya dengan jiwa pahlawan yang gagah berani. Ia akan berkeyakinan akan keluar sebagai pemenang tanpa diliputi oleh rasa kekhawatiran, kegelisahan dan keputus-asaan.
Bagi para da’i hendaknya mempunyai perasaan optimis bagi kemenangan dan keberhasilan dakwahnya. Mereka harus lebih mampu untuk percaya diri guna meraih kejayaan Islam. Mengapa ?
•Sebab al-Qur’an mengancam dan mengharamkan seseorang yang berputus asa.
•Sebab telah banyak fakta sejarah yang menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan umat yang diakibatkan oleh orang-orang yang optimis.
•Sebab Rasulullah SAW. Telah memberikan kabar gembira bahwa umat Islam kelak mengalami kejayaan dan berkuasa.
Mengapa al-Qur’an mengancam dan mengharapkan orang berputus asa ? Sebab :
a.Putus asa adalah identik dengan kekufuran, sebagaimana firman Allah :
??????? ??? ???????? ???? ?????? ??????? ?????? ????????? ?????????????
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf : 87)
b.Putus asa adalah identik dengan kesesatan :
????? ?????? ???????? ???? ???????? ??????? ?????? ????????????
“Berkata (Ibrahim): “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang yang sesat.” (al-Hijr : 56)
c.Putus asa merupakan sifat tercela dari manusia :
??????? ????????? ???????? ???????? ???????? ????? ?????? ?????????? ????????? ????? ????????? ??????????? ????? ???? ???????????
“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa.” (ar-Ruum : 36)
Sementara itu ada yang mengelompokkan kepribadian da’i dalam 2 kategori, yaitu :
1.Kepribadian yang bersifat rohaniah (Psikologis)
2.Kepribadian yang bersifat jasmaniah
Kepribadian yang bersifat rohaniah (Psikologis)
Kepribadian da’i yang bersifat rohaniah ini pada dasarnya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri pribadi seorang da’i.
a.Sifat-sifat seorang da’i
-Iman dan taqwa kepada Allah
-Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
-Ramah dan penuh pengertian
-Tawadhu” (rendah diri)
-Sederhana dan jujur
-Tidak memiliki sifat egoisme
-Sifat antusiasme (semangat)
-Sabar dan tawakal
-Memiliki jiwa tolerans
-Sifat terbuka (demokratis)
-Tidak memiliki penyakit hati
b.Sikap seorang da’i
-Berakhlak mulia
-Hing ngarsa sung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuru handayani
-Disiplin dan bijaksana
-Wira’i dan berwibawa
-Tanggung jawab
-Berpandangan luas
c.Kemampuan pribadi
Yang dimaksudkan adalah memiliki pengetahuan yang cukup, yaitu pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan tentang dakwah. Kemudian dilengkapi pula dengan ilmu pengetahuan yang luas agar pekerjaannya dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Kepribadian yang bersifat jasmaniah
-Sehat jasmani
-Berpakaian necis
Selain itu kepribadian yang harus dimiliki oleh da’i sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Muddatsir ayat 1 – 7, sebagai berikut :
??????????? ?????????????(1)???? ??????????(2)????????? ?????????(3)??????????? ?????????(4)??????????? ?????????(5)????? ???????? ????????????(6)
“Wahai orang yang berselimut. Bangunlah lalu berilah peringatan (kepada manusia). Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah perbuatan dosa. Dan janganlah kamu memberi (dengan mengharapkan) yang lebih banyak. Dan untuk (mengharap ridla) Tuhanmu maka bersabarlah.”
Dari ayat ini bisa dipahami bahwa sebagai seorang da’i, yang menyeru kepada jalan Allah hendahlah didasarkan pada kepribadian-kepribadian sebagai berikut :
1.Selalu mengingat dan mengagungkan Allah.
2.Supaya membersihkan pakaiannya, baik pakaian jasmani maupun rohani.
3.Supaya menjauhi perbuatan tercela, yang mengarah pada dosa,
4.Ikhlas dalam menjalankan tugas dakwahnya, semata-mata karena Allah.
5.Bersabar dalam melaksanakan tugas dakwahnya.
Dakwah dalam Islam merupakan tugas yang sangat mulia, yang juga tugas para Nabi dan Rasul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah bukanlah pekerjaan mudah, tidak mudah seperti membalikan telapak tangan, dan juga tidak dapat di lakukan oleh sembarang orang. Seorang da’I harus mempunyai persiapan-persiapan yang matang baik dari segi keilmuan maupun dari segi budi pekerti. Sangat susuah di bayangkan bahwa suatu dakwah akan berhasil, jika seorang da’I tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang memadai dan tingkah laku yang buruk baik secara pribadi ataupun sosial.
Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tudaknya kegiatan dakwah. Seorang Da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’I yang bersifat umum, artinya bukan saja Da’i yang professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang menjalankan aktifitas dakwah, hendakanya memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang Da’i. Pada klasifikasi kepribadian seorang Da’i, yakni yang bersifat rohaniah (psikologis) pada dasaranya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri seseorang Da’i di mana ketiga masalah ini sudah dapat mencakup keseluruhan (kepribadian) yang harus di milikinya .
II.PERMASALAHAN
Dalam kaitanya dengan dai dan kepribadianya maka pemakalah akan menjelaskan tentang pengertian-pengertian kepribadian, juga kepribadian da’i menurut ajaran Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat-sahabatnya di sertai dengan hadits dan ayat suci Al-Qur’an yang berkaitan denganya.
III.PEMBAHASAN
MENGENAL DA’I DAN KEPRIBADIANNYA
Da’i adalah orang yang melaksanakan tugas dakwah, baik yang dilakukan secara individu maupun secara terorganisasi.
A.Definisi Kepribadian
1.Kepribadian adalah sikap dan perilaku seseorang yang terlihat oleh orang lain di luar dirinya. Sikap dan perilaku itu memberi gambaran mengenai sifat-sifat khas, watak, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki, minat dan perhatian, hobby, kebiasaan dalain-lain sebagai isi kepribadian seseorang.
2.Kepribadian adalah pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas diri orang lain atau kesan utama yang ditinggalkan seseorang pada orang lain.
3.Kepribadian adalah kualitas secara keseluruhan dari seseorang yang tampak dari cara-cara berbuat, cara-cara berfikir, cara-cara mengeluarkan pendapat, sikap, minat, filsafat hidup dan kepercayaan.
4.Kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada setiap orang yang membedakan dirinya dari orang lain.
5.Ahli ilmu jiwa memberikan definisi kepribadian adalah struktur dan proses-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman-pengalaman seseorang dan membentuk tindakan-tindakan dan responnya terhadap lingkugannya dalam cara yang membedakannya dari orang lain.
Dengan kata lain, kepribadian adalah organisasi dinamis dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.
B.Kepribadian Da’i
Seorang da’i memiliki kedudukan yang sangat mulia dihadapan Allah dan umat manusia. Oleh karena itu seorang da’i harus memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik dikala memasuki medan dakwah. Dasar-dasar kepribadian yang harus dimiliki oleh para da’i, antara lain :
1.Keimanan
Keimanan kepada Allah harus senantiasa ada dalam jiwa dan menyatu dalam kalbu yang bersih. Hal ini merupakan dasar utama yang harus dipegang oleh setiap da’I dalam melakukan tugas dakwah, dan juga dikala menghadapi rayuan dan tipu daya kehidupan dunia.
Yang dimaksud dengan keimanan yaitu seorang da’I harus meyakini dengan sepenuh hati bahwa ajal berada ditangan Allah semata. Tak ada satu pun musibah yang akan menimpa diri seorang da’I bisa dihindari, meskipun seluruh manusia di dunia ini dikumpulkan untuk membantu menghindarinya niscaya tidak akan mampu. Segala sesuatunya telah ditetapkan oleh Allah terhadap diri seorang da’I tersebut. Sebaliknya jika seluruh manusia dikumpulkan untuk melakukan kemadlaratan, niscaya pula tidak akan mungkin terjadi kecuali dengan apa yang telah ditentukan Allah SWT. sebagaimana firman Allah :
???? ???? ?????????? ?????? ??? ?????? ??????? ????? ???? ?????????? ??????? ??????? ??????????????? ??????????????
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (at-Taubah : 51)
Dalam ayat lain disebutkan :
????????? ??????? ?????? ??????? ????? ?????????? ??? ??????????????? ??????? ????? ???????????????
“Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf : 34)
Dengan memiliki keyakian seperti ini, maka setiap da’I akan terbebas dari rasa takut dan gentar. Ia akan bersikap sabar, berani dan penuh tekad
Termasuk dalam keimanan juga, ayitu agar setiap da’I meyakini bahwa rezki itu berada di tangan Allah. Apabila Allah telah memudahkan bagi setiap hamba-Nya, maka tak akan ada seorang pun yang bakal mampu menghalangi. Sebaliknya, apabila Allah menyempitkan rezki seseorang, maka tak akan ada yang mampu memberinya. Sesungguhnya jiwa tak akan menghadapi kematian melainkan telah ditentukan rezki dan ajalnya. Sebagaimana Allah berfirman :
????? ??????? ???????? ????????? ?????? ??????? ?????????? ??????? ????? ??????????? ???????? ????????
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (al-Isra’ : 30)
Dengan keyakinan semacam ini, seorang da’I akan terbebas dari kerakusan duniawi dan tidak akan terlalu berambisi untuk memperolehnya. Ia akan terbebas dari kekikiran jiwa dan kesempitan dalam memberi. Ia bahkan akan bersifat dermawan dan mengutamakan dalam memberi sesuatu. Baginya, kebahagiaan dalam kehidupan ini dipandang sebagai suatu kesederhanaan dengan serba kecukupan. Dengan keadaan demikian, justru jiwanya bisa menerima dengan penuh kerelaan.
Termasuk keimanan juga, yaitu seorang da’I mesti meyakini dalam dirinya bahwa Allah SWT. senantiasa menyertainya. Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar terhadap semua tingkah laku, baik secara lahir maupun batin. Dia Maha Mengetahui meskipun kerlingan mata serta apa yang tersembunyi di dalam kalbu.
Bagi setiap da’i harus menyadari dengan sepenuh keyakinan terhadap firman Allah :
??? ??????? ???? ??????? ????????? ?????? ???? ??????????? ????? ???????? ?????? ???? ??????????? ????? ??????? ???? ?????? ????? ???????? ?????? ???? ???????? ?????? ??? ???????
“Tiada pembiacaraan rahasia antara tiga, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembiacaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, malinkan Dia ada bersama mereka dimana pun mereka berada” (al-Mujadilah : 7).
Dengan keyakinan semacam ini seorang da’I akan terbebas dari bisikan hawa nafsu yang condong kepada perbuatan jahat. Juga ia akan terbebas dari bisikan setan serta fitnah harta dan wanita.
2.Ikhlas
Ikhlas pada hakekatnya adalah kekuatan iman. Perang batin terkadang mendorong seseorang keluar dari kepribadian yang shaleh. Untuk mengatasi hal itu, hendaknya seseorang mengarahkan setiap amalnya hanya kepada Allah semata. Tak ada yang dicari selain mengharapkan balasan dan pahala-Nya.
Jika keikhlasan tersebut diutamakan serta diupayakan secara sungguh-sungguh, niscaya akan berhasil menakhlukkan bisikan setan dan hawa nafsu yang selalu condong kepada kejahatan. Dalam beramal, keikhlasan hendaknya menjadi kebiasaan yang mentradisi, merupakan akhlak sehari-hari bagi seorang da’i. Segala amalnya senantiasa murni semata-mata karena Allah. Dilakukannya tanpa merasa lelah dan terpaksa.
Pengertian ikhlas sebagaimana diterangkan dalam firman Allah :
????? ???????? ?????? ???????????? ??????? ??????????? ???? ???????? ????????? ??????????? ?????????? ?????????? ?????????? ???????? ????? ????????????
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepapa-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (al-Bayyinah : 5)
Pengertian ikhlas sebagaimana pula diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh asy-Syaikhan dari Umar bin Khattab ra. :
1128 ??????? ?????? ???? ??????????? ?????? ??????? ?????? ????? : ????? ??????? ??????? ?????? ??????? ???????? ????????? ???????? ???????????? ???????????? ?????????? ????????? ??? ????? ?????? ??????? ?????????? ????? ??????? ??????????? ???????????? ????? ??????? ??????????? ?????? ??????? ?????????? ????????? ?????????? ???? ????????? ?????????????? ???????????? ????? ??? ??????? ???????? *
“?Umar bin Khattab berkata : “Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya amal itu harus dengan niat dan setiap orang yang beramal tergantung daripada niatnya. Barangsiapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena kehidupan dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya tidak lain kepada yang ditujunya tersebut.”
Kemudian hadits riwayat Hakim dari Mu’adz bin Jabbal, dimana ia pernah meminta wasiat ketika hendak pergi ke Yaman. Maka Rasulullah SAW. Berpesan: “Laksanakan dienmu (Islam) dengan ikhlas, maka cukup bagimu amal yang sedikit.”
Akan tetapi apakah hakikat amal yang ikhlas itu ? Yaitu, bahwa setiap amal yang dilakukan oleh seseorang tidak akan diterima di sisi Allah dan tidak pula dicatat sebagai suatu kebaikan kecuali dengan dua syarat. Pertama, harus sesuai dengan syariat Islam dan kedua, harus ikhlas karena Allah semata.
Apabila suatu perbuatan dilakukan telah sesuai dengan syariat akan tetapi tidak dilakukan dengan ikhlas karena Allah, maka amal perbuatan tersebut tidak akan diterima. Jadi suatu amal akan diterima, maka amal tersebut harus sesuai dengan syariat dan dilakukan secara ikhlas karena Allah.
Selanjutnya juga, bagaimanakah kepribadian da’I yang ikhlas tersebut ? Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa amal yang benar dan akan diterima Allah yaitu harus berlandaskan syariat dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Atas dasar pengertian semacam ini, agar amal bisa dikatakan baik dan benar, maka seorang da’I harus memahami hakekat berikut :
a.Tujuan dakwahnya semata-mata mencari ridla Allah.
b.Segala perbuatannya di dalam masyarakat senantiasa selaras dengan syariat-syariat Allah.
c.Selalu melakukan introspeksi diri dan mempertanyakan pada diri sendiri tentang apa yang diharapkan dari aktivitas dakwanya dan apa pula tujuan ia melakukan dakwah.
d.Melihat perbuatannya sendiri, apakah telah sesuai dengan apa yang sering dikatakannya dikala memberikan nasehat dalam dakwahnya.
e.Selalu waspada dari tipu daya syetan, bisikan hawa nafsu, merasa ‘ujub (bangga) dan riya’.
Bagi da’i yang telah memahmi hakikat tersebut, niscaya ia akan berjalan di dalam dakwah dengan penuh kejujuran dan keikhlasan. Allah akan memberi balasan kepada mereka yang telah berupaya membenahi umat, dan orang-orang pun akan mengikuti jejak ajaran dakwahnya. Mereka menerima hidayah Allah dengan penuh patuh dan tunduk.
3.Keberanian
Berani dalam kebenaran adalah kekuatan jiwa. Bagi seorang da’I, keagungan jiwa akan diperoleh dengan keimanan kepada Allah dan keyakinannya terhadap kebenaran dan keabadian yang kekal serta kepasrahannya terhadap takdir, rasa tanggung jawab terhadap beban yang dipikulkan kepadanya dan dari pendidikan yang bersifat Islam yang diberikan kepadanya.
Bagi seorang da’i, kadar keimanannya tak akan mudah dikalahkan. Kebenaran yang telah diyakininya tak akan mudah ditundukkan. Keyakinannya terhadap takdir tak akan pernah bergeser. Tanggung jawab yang dipikulnya tak akan mengenal selesai dan dalam pendidikan ia tak mengenal istilah jenuh. Kesemuanya akan menjadi bekal dalam memperkuat keberaniannya, dimana akan berguna di saat menyampaikan kalimat yang haq. Ia tak pernah merasa takut kepada siapa pun kecuali hanya kepada Allah. Ia juga tak akan gentar dalam menghadapi celaan dari orang-orang yang suka mencela.
Sungguh pahala keberanian dalam menyampaikan yang haq adalah termasuk jihad yang paling tinggi derajatnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Rasulullah SAW. Bersabda :
“Sebaik-baik jihad adalah menyampaikan yang kalimat haq kepada sang penguasa lalim.”
Orang yang mati syahid lantaran menyampaikan kalimat yang haq kelak akan disatukan bersama-sama penghulu para syuhada. Rasulullah pernah bersabda :
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seeorang yang berdiri di hadapan sang penguasa yang lalim kemudian menyuruhnya (berbuat ma’ruf) dan melarangnya (berbuat munkar) lantas (karena itu) ia dibunuh.” (HR. Hakim).
Bagi para da’I hendaknya bisa membedakan apa yang dimaksud dengan keberanian dan apa yang dimaksud dengan kekerasan, sebab keduanya mengandung perbedaan. Keberanian kaitannya adalah dalam menyampaikan kalimat-kalimat yang haq tanpa mempedulikan akibatnya, meskipun akibat tersebut bisa berbentuk penyiksaan atau cobaan lainnya. Adapun kekerasan, pada awalnya memamg bermaksud hendak melakukan perbaikan, pembenahan, dan meluruskan penyelewengan. Namun, mengajak kepada kebaikan dengan melalui kekerasan dan amukan hanya akan menimbulkan salah faham. Apalagi bila yang didakwahi adalah orang yang berwatak keras dan kukuh.
Keberanian dalam kebenaran adalah akhlak yang terpuji bagi seorang da’I. Dalam menyampaikan dakwah pertama kali harus dicoba dengan cara yang halus dan lemah lembut. Apalagi yang akan disampaikan adalah masalah yang bersifat nasihat dan petunjuk. Kecuali bila keadaan memaksa untuk bersikap lebih keras, semangat dan terang-terangan, maka hal tersebut bisa dimaklumi. Sebab dengan begitu dakwah yang disampaikan akan terasa lebih tegas. Tentunya dengan syarat jangan sampai keluar dari dasar dan batasan makna “hikmah”, karena dikhawatirkan terjadi fitnah dan kekacauan.
4.Kesabaran
Kesabaran adalah kekuatan jiwa yang tangguh dan nyata. Mendorong kepada orang ang memilikinya untuk senantiasa mampu mengatasi hal-hal yang menjadikan dirinya lemah, pasif, hilang semangat dan mudah putus asa. Kesabaran membentuk seseorang untuk senantiasa tabah, tahan terhadap segal cobaan dan berbagai kesulitan, hingga tiba masanya Allah membukakan baginya kemenangan, atau hingga ia kembali kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Ketika hendak terjun dalam medan dakwah, hendaknya para da’I telah memperkirakan resiko yang akan diterimanya, seperti :
•Adanya tuduhan-tuduhan dusta dan kata-kata yang sengaja dilontarkan untuk menjatuhkan nama baiknya.
•Penahanan, penganiayaan, penyiksaan dan berbagai gangguan lainnya, baik secara fisik maupun psikis.
•Pemecatan dari jabatan yang selama ini dipegang, juga penyitaan terhadap harta benda yang selama ini dimiliki, atau dihentikannya segala tunjangan dan gaji, dan sebagainya.
•Dibuang atau dikucilkan dari kampung halamannya, terpisah dari istri dan anak-anaknya, teman-teman seperjuangan dan orang-orang yang dicintainya.
•Adanya berbagai rayuan, yakni dengan cara menawarkan kedudukan, harta dan wanita.
•Bahkan menemui kematian sebagai orang yang mati syahid.
Apabila setiap da’I telah memikirkan secara mendalam terhadap tanggung jawab dan berbagai beban yang keras lagi pedih, maka hal tersebut justru tak akan memberatkannya. Apalagi menganggap dirinya sebagai orang yang kalah disebabkan menjumpai cobaan-cobaan seperti tersebut di atas. Tabiatnya sebagai da’I justru akan seperti para shadiqin atau para ulama yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi berbagai teror, penderitaan dan cobaan lainnya. Mereka mendapatkan kepuasan dari dakwah yang mereka lakukan.
Orang-orang yang berjuang dalam medan dakwah, yang melangkahkan kaki pada jalan kebaikan, pasti akan menjumpai beragam kesulitan. Mereka akan menghadapi berbagai kekerasan dan kepedihan. Sangat keliru bila para da’I beranggapan, bahwa perjalanan dakwah akan dipenuhi dengan kesenangan dan kenikmatan.
5.Percaya Diri
Percaya diri merupakan salah satu kekuatan yang sangat tangguh dalam upaya memotivasi diri. Dengan adanya rasa percaya diri seseorang akan tetap optimis dalam memandang hari esok. Ia akan meraih cita-cita yang menjadi harapannya dengan jiwa pahlawan yang gagah berani. Ia akan berkeyakinan akan keluar sebagai pemenang tanpa diliputi oleh rasa kekhawatiran, kegelisahan dan keputus-asaan.
Bagi para da’i hendaknya mempunyai perasaan optimis bagi kemenangan dan keberhasilan dakwahnya. Mereka harus lebih mampu untuk percaya diri guna meraih kejayaan Islam. Mengapa ?
•Sebab al-Qur’an mengancam dan mengharamkan seseorang yang berputus asa.
•Sebab telah banyak fakta sejarah yang menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan dalam kehidupan umat yang diakibatkan oleh orang-orang yang optimis.
•Sebab Rasulullah SAW. Telah memberikan kabar gembira bahwa umat Islam kelak mengalami kejayaan dan berkuasa.
Mengapa al-Qur’an mengancam dan mengharapkan orang berputus asa ? Sebab :
a.Putus asa adalah identik dengan kekufuran, sebagaimana firman Allah :
??????? ??? ???????? ???? ?????? ??????? ?????? ????????? ?????????????
“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (Yusuf : 87)
b.Putus asa adalah identik dengan kesesatan :
????? ?????? ???????? ???? ???????? ??????? ?????? ????????????
“Berkata (Ibrahim): “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya kecuali orang yang sesat.” (al-Hijr : 56)
c.Putus asa merupakan sifat tercela dari manusia :
??????? ????????? ???????? ???????? ???????? ????? ?????? ?????????? ????????? ????? ????????? ??????????? ????? ???? ???????????
“Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa.” (ar-Ruum : 36)
Sementara itu ada yang mengelompokkan kepribadian da’i dalam 2 kategori, yaitu :
1.Kepribadian yang bersifat rohaniah (Psikologis)
2.Kepribadian yang bersifat jasmaniah
Kepribadian yang bersifat rohaniah (Psikologis)
Kepribadian da’i yang bersifat rohaniah ini pada dasarnya mencakup masalah sifat, sikap dan kemampuan diri pribadi seorang da’i.
a.Sifat-sifat seorang da’i
-Iman dan taqwa kepada Allah
-Tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
-Ramah dan penuh pengertian
-Tawadhu” (rendah diri)
-Sederhana dan jujur
-Tidak memiliki sifat egoisme
-Sifat antusiasme (semangat)
-Sabar dan tawakal
-Memiliki jiwa tolerans
-Sifat terbuka (demokratis)
-Tidak memiliki penyakit hati
b.Sikap seorang da’i
-Berakhlak mulia
-Hing ngarsa sung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuru handayani
-Disiplin dan bijaksana
-Wira’i dan berwibawa
-Tanggung jawab
-Berpandangan luas
c.Kemampuan pribadi
Yang dimaksudkan adalah memiliki pengetahuan yang cukup, yaitu pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan tentang dakwah. Kemudian dilengkapi pula dengan ilmu pengetahuan yang luas agar pekerjaannya dapat mencapai hasil yang efektif dan efisien.
Kepribadian yang bersifat jasmaniah
-Sehat jasmani
-Berpakaian necis
Selain itu kepribadian yang harus dimiliki oleh da’i sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Muddatsir ayat 1 – 7, sebagai berikut :
??????????? ?????????????(1)???? ??????????(2)????????? ?????????(3)??????????? ?????????(4)??????????? ?????????(5)????? ???????? ????????????(6)
“Wahai orang yang berselimut. Bangunlah lalu berilah peringatan (kepada manusia). Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan jauhilah perbuatan dosa. Dan janganlah kamu memberi (dengan mengharapkan) yang lebih banyak. Dan untuk (mengharap ridla) Tuhanmu maka bersabarlah.”
Dari ayat ini bisa dipahami bahwa sebagai seorang da’i, yang menyeru kepada jalan Allah hendahlah didasarkan pada kepribadian-kepribadian sebagai berikut :
1.Selalu mengingat dan mengagungkan Allah.
2.Supaya membersihkan pakaiannya, baik pakaian jasmani maupun rohani.
3.Supaya menjauhi perbuatan tercela, yang mengarah pada dosa,
4.Ikhlas dalam menjalankan tugas dakwahnya, semata-mata karena Allah.
5.Bersabar dalam melaksanakan tugas dakwahnya.
izin baca ya....
BalasHapus